selamat datang

membaca adalah jendela dunia

Rabu, 28 September 2011

Terima Bantuan 4.000 Buku

Mempawah –

Kantor Perpustakaan Daerah dan Arsip Kabupaten Pontianak menerima bantuan 4.000 eksemplar buku dari Pemprov Kalbar. Buku akan disalurkan untuk empat perpustakaan. Penyerahan bantuan untuk mendukung program gerakan Kalbar membaca.

“Bantuan buku ini sangat strategis dalam upaya memajukan, dan meningkatkan minat baca masyarakat. Buku akan kita manfaatkan dengan sebaik mungkin untuk menyukseskan program gerakan Kalbar membaca yang dicanangkan Pemprov Kalbar,” kata Plt Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah, Johana Sari Margiani, kemarin.

Sebanyak 4.000 eksemplar buku tersebut, ungkap Johana, akan disalurkan ke perpustakaan keliling, Perpustakaan Rumah Ibadah Masjid Nikmatullah Kecamatan Sungai Pinyuh, Rumah Baca Sungai Pinyuh, dan Taman Baca Keluarga (PKK) TP PKK Kabupaten Pontianak.

“Masing-masing perpustakaan akan menerima bantuan 1.000 eksemplar buku. Nah, dengan bertambahnya koleksi buku-buku baru ini, diharapkan dapat menambah gairah masyarakat untuk datang ke perpustakaan dan membaca. Sehingga akan memberikan manfaat ilmu pengetahuan kepada masyarakat,” harapnya.

Johana, mengucapkan terima kasih kepada Pemprov Kalbar yang telah mengalokasikan bantuan buku tersebut, untuk perkembangan dan kemajuan minat baca masyarakat Kabupaten Pontianak khususnya dan Kalbar umumnya.

“Atas nama Pemkab, saya mengucapkan terima kasih atas kepedulian Pemprov Kalbar terhadap perpustakaan di Kabupaten Pontianak. Buku-buku ini akan memotivasi kami untuk senantiasa meningkatkan minat baca masyarakat guna terciptanya sumber daya manusia berkualitas,” tuturnya.

Terkait program gerakan Kalbar membaca, Johana sangat apresiasi dan mengaku siap bekerja maksimal untuk merealisasikan program itu dengan sebaik mungkin. Dia menilai, program tersebut sangat strategis dalam memajukan minat baca masyarakat di masa akan datang.

“Tentu saja kami sangat mendukung. Siap menyukseskan program gerakan Kalbar membaca ini. Saya yakin jika ada keseriusan dan kesungguhan dari seluruh pihak, maka program yang telah dicanangkan Gubernur Cornelis itu mampu terealisasi dengan baik, sebagaimana diharapkan,” tukasnya optimis. (hry)
sumber : equator-news.com

Bimtek Pengelola Perpustakaan Sekolah Kabupaten/Kota se Kalbar

Badan Perpustakaan, Kearsipan dan Dokumentasi Provinsi Kalimantan Barat menyelenggarakan Bimtek Pengelola Perpustakaan Sekolah Kabupaten/Kota se Kalbar



Sekolah merupakan Lembaga Pendidikan yang mencetak sumber daya manusia yang cerdas dan beriman. Keberadaan sekolah tentu harus di dukung oleh fasilitas lain yang salah satunya adalah perpustakaan. Perpustakaan sekolah harus mampu menjadi pusat informasi dalam mendukung proses kegiatan belajar mengajar. Pemanfaatan perpustakaan sekolah pada umumnya belum optimal, dan belum semua guru menghubungkan tugas mengajarnya dengan perpustakaan. Pelaksanaan Bimtek Pengelola Perpustakaan Sekolah Kabupaten / Kota se Kalimantan Barat bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dasar di bidang perpustakaan, meningkatkan sikap profesional para pengelola perpustakaan sekolah. Bimtek Pengelola Perpustakaan Sekolah berjumlah 30 orang masing – masing sekolah diikuti oleh 1 peserta pengelola perpustakaan yang berasal dari kabupaten /Kota di Provinsi Kalimantan Barat yang terdiri dari :


‪1.‬Kota Singkawang 3 Sekolah
‪2.‬Kabupaten Kubu Raya 2 Sekolah
‪3.‬Kabupaten Pontianak 2 Sekolah
‪4.‬Kabupaten Bengkayang 3 Sekolah
‪5.‬Kabupaten Sambas 3 Sekolah
‪6.‬Kabupaten Landak 3 Sekolah
‪7.‬Kabupaten Sanggau 2 Sekolah
‪8.‬Kabupaten Sekadau 2 Sekolah
‪9.‬Kabupaten Melawi 2 Sekolah
‪10.‬Kabupaten Kapuas Hulu 2 Sekolah
‪11.‬Kabupaten Sintang 2 Sekolah
‪12.‬Kabupaten Ketapang 2 Sekolah
‪13.‬Kabupaten Kayong Utara 2 Sekolah



Masing – masing Jenjang Sekolah :

SD = 9 Sekolah

SLTP = 11 Sekolah

SLTA = 10 Sekolah



Pengajar pada kegiatan Bimtek ini adalah para Pejabat Struktural dan para Pustakawan di Lingkungan Badan Perpustakaan, Kearsipan dan Dokumentasi Provinsi Kalimantan Barat. Penyelenggaraan Bimtek Pengelola Perpustakaan Sekolah dilaksanakan selama 3 hari, yaitu dari tanggal 19 September sampai 21 September 2011, bertempat di Hotel Gajah Mada No. 177 – 183 Pontianak.

Halal BiHalal di lingkungan BPKD Prov. Kalbar

Acara Halal Bihalal di lingkungan Badan Perpustakaan Kearsipan dan Dokumentasi Provinsi Kalimantan Barat terselenggara pada tanggal 19 September 2011 di gedung Aula BPKD Prov. Kalbar, di hadiri oleh segenap karyawan dan karyawati serta anggota Dharma Wanita Unit Badan Perpustakaan Kearsipan dan Dokumentasi Prov. Kalbar. Kegiatan ini di buka oleh PJW Drs. H. Muhyiddin, M.Si., kemudian di isi dengan ceramah/tausiah oleh Ustadz Uzla Maulana dari Jakarta. Dalam tausiahnya Ustadz Uzla Maulana mengatakan bahwa Halal Bihalal merupakan moment yang paling tepat bagi kita untuk saling maaf bermaafan kepada seluruh saudara kita, tanpa memandang suku, agama, ras, dan golongan masyarakat, karena dalam Al – Qur’an Surah Ali – Imran ayat 133 – 134 sangat tegas mengatakan bahwa karakter atau ciri dari orang yang bertakwa itu ialah orang – orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang – orang yang berbuat kebajikan. Ayat tersebut juga menjelaskan dengan anjuran untuk senang berinfak, bersedekah baik di waktu lapang maupun sempit. Dan tidak kalah pentingnya karakter orang bertakwa itu adalah mereka yang mampu menahan amarah dan mau memaafkan kesalahan orang lain serta menjaga tali silaturahmi.. Acara Halal Bihalal ini di tutup dengan salam salaman antar karyawan karyawati BPKD Provinsi Kalimantan Barat...

Senin, 12 September 2011

Hari Kunjung Perpustakaan: Membangun Kedekatan antara Perpustakaan dengan Masyarakat

Hari Kunjung Perpustakaan, ada ya kak? Hehe, aku yang mahasiswa Ilmu Perpustakaan ajah baru tahu lho kak…
Ya, sebagian besar masyarakat Indonesia barangkali tidak banyak yang mengetahui bahwa 14 September adalah Hari Kunjung Perpustakaan. Adanya Hari Kunjung Perpustakaan ini dapat dikatakan memiliki tujuan untuk membangun kedekatan antara perpustakaan dengan masyarakat, menciptakan masyarakat yang gemar membaca dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Berbicara mengenai kedekatan antara masyarakat dengan perpustakaan memang masih banyak yang perlu dibenahi. Hingga saat ini, minat masyarakat untuk berkunjung ke perpustakaan masih dikatakan rendah. Rendahnya minat berkunjung ke perpustakaan hampir selalu dikaitkan dengan rendahnya minat baca masyarakat. Namun demikian, perlu dipertanyakan pula bagaimana dengan perpustakaannya sendiri, apakah memang penting untuk sering dikunjungi?
Fungsi Perpustakaan dan Peran Pustakawan
Baiklah, kesampingkan dahulu pertanyaan tersebut. Kita masuk pada fungsi perpustakaan sebagai tempat belajar sepanjang hayat bagi masyarakat di sekitarnya. Perpustakaan merupakan tempat bagi masyarakat untuk belajar secara mandiri dalam menjawab permasalahan kehidupan dan mengembangkan kualitas hidupnya. Perpustakaan sebagai tempat belajar sudah dipahami berbeda dengan sekolah. Perpustakaan sebagai sarana belajar non formal membebaskan peserta belajar dalam memenuhi kebutuhannya akan pengetahuan, sedangkan sekolah tentunya telah mempunyai kurikulum untuk peserta belajar.
Dari perbedaan di atas, tentulah disadari pula bahwa dalam mencerdaskan masyarakat di sekitarnya pustakawan bukanlah guru yang memerankan peran utama dalam mentransfer pengetahuan kepada peserta belajar. Akan tetapi, pustakawan dapat menjadi fasilitator dalam proses belajar. Dimana pustakawan dapat menumbuhkan dorongan dalam diri peserta belajar/masyarakat keinginan untuk melakukan proses penemuan sepanjang hidupnya terhadap apa saja yang memang dibutuhkannya untuk diketahui.
Jika peran pustakawan sebagai fasilitator dalam proses belajar bagi masyarakat disepakati, selanjutnya di dalam penyelenggaraan perpustakaan peserta belajar/masyarakat juga perlu dilibatkan. Hal ini dikarenakan berdirinya perpustakaan tidak terlepas dari keinginan masyarakat dalam melakukan proses penemuan sepanjang hidupnya terhadap apa saja yang memang dibutuhkannya untuk diketahui. Dengan demikian, peran pustakawan adalah menjaga dan memfasilitasi kebutuhan dan keinginan masyarakat tersebut. Pengadaan buku-buku atau koleksi pun dapat dipecahkan bersama-sama antara pustakawan dengan masyarakat melalui kajian bersama mengenai apa-apa yang dibutuhkan itu.
Sederhananya, perpustakaan perlu dikelola secara partisipatif oleh masyarakat dengan adanya fasilitasi dari pustakawan. Hal ini dikarenakan oleh latar belakang keberadaannya sebagai sarana belajar secara mandiri dan sepanjang hayat bagi masyarakat. Kalau ini dapat diterima dan dijalankan dengan baik, maka permasalahan seperti rendahnya kunjungan masyarakat ke perpustakaan bisa jadi dapat terpecahkan. Karena barangkali pula rendahnya tingkat kunjungan masyarakat ke perpustakaan lebih disebabkan oleh penyelenggaraan perpustakaan yang terlalu kaku dan tidak adanya keselarasan antara kehadiran perpustakaan (baik keberadaannya sendiri dan koleksi yang ada) dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Atau dalam bahasa yang lebih lugas, perpustakaan seperti itu memang tidak penting untuk sering-sering dikunjungi. Ini berarti pula bahwa rendahnya kunjungan masyarakat ke perpustakaan tidak selalu harus disimpulkan bahwa minat baca/belajar masyarakat itu rendah.
Mengembangkan Kemampuan Pustakawan
Pustakawan juga merupakan bagian dari masyarakat belajar yang perlu terus-menerus belajar dan berinovasi bersama-sama masyarakat untuk maju dan mengembangkan pengetahuannya. Karena tidak jarang pustakawan kadang justru mandeg dalam belajar atau mengembangkan pengetahuan dan tertinggal dari masyarakatnya. Karena itu, pengetahuan yang penting bagi pustakawan salah satunya adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi diri dan masyarakat terkait dengan kebutuhannya dalam menghadapi berbagai tantangan. Artinya, pustakawan juga perlu mengembangkan diri dalam pengetahuan menggunakan sumber-sumber informasi yang cepat dan tepat.
Pengembangan perpustakaan dengan partisipasi masyarakat juga tidak dapat terlepas dari kemampuan pustakawan dalam melakukan fasilitasi kepada masyarakat. Di dalam memfasilitasi masyarakat tentunya seorang pustakawan perlu mengembangkan kemampuannya dalam berkomunikasi dengan masyarakat. Di samping itu juga perlu kemampuan menganalisa yang baik tentang berbagai hal yang terkait dengan permasalahan masyarakat belajarnya. Dengan demikian, diharapkan dapat terbangun kedekatan antara perpustakaan dengan masyarakat di sekelilingnya. Dan pustakawan tidak lagi digambarkan seperti gambaran masyarakat awam pada tahun-tahun yang lampau dimana pustakawan selalu diasosiasikan sebagai penjaga buku yang kaku di dalam ruangan berdebu, pendiam, dan tidak ramah.

Selasa, 06 September 2011

Urgensi Riset Gempa Kalbar

Tepat pukul 08.26 lebih 48 detik WIB, Selasa (23/8), Bumi Sungai Duri, Bengkayang mendadak bergetar.

Getaran yang dipicu gempa bumi ringan ini, memantik kepanikan masyarakat Bengkayang hingga Kota Singkawang. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pusat, memastikan gempa mencapai kedalaman 37 Km 1.15 LU 109.19 BT.

Pusat gempa di darat, 132 kilometer Barat Laut Pontianak. Kendati tak ada korban jiwa dan kerusakan material signifikan, gempa di fase 10 hari terakhir Ramadan, mengejutkan khalayak Kalbar, Indonesia sekalipun.

Sejak negara-negara kawasan Samudra Hindia memutuskan membangun Tsunami Early Warning System pascatsunami dahsyat, 26 Desember 2004 yang meluluhlantakkan sejumlah negara, Kalimantan diyakini aman dari terjangan tsunami maupun gempa bumi.

Kalimantan tak masuk zona subduksi di lepas pantai Indonesia yang menjadi sumber utama tsunami jauh yang melintasi Samudra Hindia. Kalimantan, termasuk Kalbar juga bukan kategori wilayah bergunung-gunung berapi yang potensial mengundang gempa bumi.

Gempa bumi di Bengkayang pun fenomenal dan langka. Lazim, kalau warga Bengkayang dan Singkawang sempat panik. Selain data riset ahli kompeten Indonesia dan luar negeri tak mencatatkan kerawanan gempa di Kalbar, masyarakat tak punya pengetahuan cukup menghadapi gempa, apalagi tsunami.

Sahih kah riset ahli kompeten? Gempa Bengkayang membuktikan kehebatan manusia relatif, bukan mutlak. Apa yang menurut manusia (pakar) tak mungkin, bagi Tuhan menjadi mungkin jika berkehendak.

Kendati peristiwa Sungai Duri tak harus ditakuti, bukan berarti dikecilkan, dikerdilkan, apalagi disederhanakan. Warga Kalbar patut tetap waspada dan tak boleh terlena. Faktanya pemerintah kecolongan. Begitu yakinnya Kalbar bebas gempa, tak ada alat pendeteksi gempa mumpuni.

Mencegah Tragedi
Dua piranti pendeteksi gempa di BMKG Pontianak dan Sintang, tak mampu mendeteksi lempeng bergerak di 132 kilometer Barat Laut Pontianak. Bumi Bengkayang dan Singkawang pun bergetar.

Kasi Observasi BMKG Supadio Pontianak, Sri Ningsing, blak-blakan mengaku bingung atas getaran di Sungai Duri. BMKG Supadio baru mengerti getaran akibat gempa bumi, setelah mendapat penjelasan dari BMKG Pusat di Jakarta.

Tugas niscaya pemerintah daerah hingga pusat kini, melaksanakan riset mendalam dan komprehensif terhadap lempeng bergerak di Kalbar dan sekitarnya. Kita tak tahu, apakah pusat 132 kilometer Barat Laut Pontianak memiliki benang merah dengan gempa 6,2 SR di Barat Daya Krui Lampung, empat jam sebelumnya.

Atau terkait gempa 5,4 SR yang melanda Banda Aceh, pukul 15.18, Minggu (21/8). Kita berharap gempa Sungai Duri tak terkait rangkaian gempa di Pulau Sumatera atau gempa 6,8 SR yang mengguncang Fukushima, Jepang, Jumat (19/8) lalu.

Gempa berkekuaran 4,4 SR di Bengakayang naif memantik tsunami. Warga Kalbar tak perlu resah. Tsunami terjadi, apabila gempa bumi berpusat di tengah laut dan dangkal (0-30 km), kekuatan gempa minimal 6,5 SR dan polanya sesar naik atau sesar turun.

Meski begitu, pemerintah tak boleh meremehkan fakta gempa Sungai Duri. Segera gelar riset mendalam, sekaligus menyiapkan antisipasi dini terhadap gempa di Kalbar sebagai wujud kasih-sayang pemerintah kepada masyarakat Kalbar.

Wajib diingat, gempa bumi umumnya menimbulkan kerugian besar. Mulai bangunan roboh, kebakaran, permukaan tanah merekat dan jalan putus, tanah longsor, banjir akibat rusaknya tanggul, hingga tsunami yang merenggut nyawa. Mari petik hikmah dari tragedi getir di Aceh, Yogyakarta atau pun Mentawai. (*)
sumber: Tribun ptk